Saturday, April 2, 2016

SKRIPSI STKIP PGRI TULUNGAGUNG :BAB II

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    PENGERTIAN IMPLEMENTASI
Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.
Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan.
Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide atau gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda.
Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman (2004) menjelaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan program, mendeskripsikan sumber-sumber baru dan mendemosntrasikan metode pengajaran yang diugunakan.
Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman (2002) menekankan pada fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan pada interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan pada program baru yang direncanakan, sumber-sumber baru, dan memasukan isi atau materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman guru. Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan program, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-guru untuk memperoleh masukan. Implementasi dianggap selesai manakala proses penyempurnaan program baru dipandang sudah lengkap.
Sedangkan pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman (2002) memandang implementasi sebagai bagian dari program kurikulum. Proses implementasi dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan megadopsi program-program yang sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum desain (dokumentasi).
Maka implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-siaan antara rancangan dengan implementasi. Rancangan kurikulum dan impelemntasi kurikulum adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam arti impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guruserta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai inti kurikulum untuk memahami perancangan kuirkulum dengan baik dan benar (Online: http://  www.muniryusuf.com/ pengertian-implementasi-kurikulum.html di akses 15-01-2013. jam 20.35).

B.     PENDIDIKAN KARAKTER
1.      Pengertian dan Tujuan Pendidikan
a.    Pengertian Pendidikan
John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M) menjabarkan bahwa Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.
Ki Hajar Dewantara (Sulistiyorini, 1992:13) menyatakan bahwa pengertian pendidikan adalah sebagai daya upaya untuk memberikan tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak, agar mereka baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir batin yang setinggi-tingginya.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa: (1) pendidikan adalah aktivitas manusia; (2) untuk memberikan tuntunan, bimbingan, pengajaran, dan latihan; 3) dilakukan dengan sengaja, teratur, dan berencana; 4) perjanjian mengubah tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.
b.      Tujuan Pendidikan Nasional
8
 
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak. Tujuan demikian bersifat umum, ideal dan kandungannya. Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu dan waktu tertentu serta menggunakan alat tertentu (Tirtarahardja dan Sulo, 2005:37)
UU No. 20 Tahun 2003  Tentang sistem pendidikan nasional menyatakan Tujuan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rokhani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.      Pengertian Karakter
Karakter adalah sifat khas, kualitas dan kekuatan moral pada seseorang atau kelompok. Puskur (Pusat Kurikulum) memberikan pengertian karakter sebagai watak tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan digunakannya sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai sehingga terinternalisasi dalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam sikap dan perilaku yang baik.
9
 
Pendidikan karakter bukan terletak pada materi pembelajaran melainkan pada aktivitas yang melekat, mengiringi, dan menyertainya (suasana yang mewarnai, tercermin dan melingkupi proses pembelajaran pembiasaan sikap & perilaku yang baik).
Pendidikan karakter tidak berbasis pada materi, tetapi pada kegiatan. Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan.
10
 
Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangun hubungan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya (http://www.pendidikankarakter.com/membangun-karakter-sejak-pendidikan-anak-usia-dini/ Diakses tanggal 16 januari 2013)
11
 
.
Tabel 2.1. Nilai Dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya
Dan Karakter Bangsa (PBKB)
NO
NILAI
DESKRIPSI
1.
Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan
3.
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6.
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk mengahsilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki.
7.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8.
Demokratis
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.
9.
Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan di dengar.
10.
Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.
Cita tanah air
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
12.
Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
13.
Bersahabat/ komunikatif
12
 
Tindakan yang memperlhatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.
14.
Cinta damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.
Gemar membaca

 
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16.
Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan memngembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.
Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.
Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan ( Alam, sosial dan budaya) negara dan Tuhan YME.

3.      Pengertian Pendidikan Karakter
a.    Konsep Pendidikan Karater
13
 
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau keamanan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai kegiatan yang disengaja dari pelaksanaan semua dimensi kehidupan sekolah untuk mendorong pengembangan karakter yang optimal. Dalam pendidikan karakter disekolah semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan , termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga ssekolah atau lingkungan. Di samping itu,  pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus memiliki karakter (Yayan,2007:20).
Dalam hal ini Yayan (2007:25) mengartikan pendidikan karakter sebagai berikut :
  “pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah mermbentuk pribadi anak , supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara  yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai social tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda”.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari agama. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah religius,  jujur, toleransi, disiplin,  kerja keras, kreatif,  mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, tanggung jawab.
            Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak  sesuai dengan kebutuhan,kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas secara psikolog dan social cultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam kontesk interaksi social cultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) akan berlangsung sepanjang hayat (Meloeng,2005:12).
b.      Dasar Hukum Pendidikan Karakter
UU  No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3    menyatakan bahwa :
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, .ber ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta tanggung jawab”. 

Akhlak mulia merupakan asapek penting dalam mrndidik anak.Bahkan suatu bangsa yang berkarakter juga ditentukan oleh tingkat akhlak bangsanya. Pembentukan watak juga dapat dikatakan sebagai upaya membentuk karakter. Tanpa karakter yang baik seseorang dengan mudah melakukan sesuatu apa pun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain. Oleh karena itu, kita perlu membentuk karakter untuk mengelola diri dari hal-hal negative. Karakter yang berbangsa diharapkan akan mendorong setiap manusia untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan suara hatinya. Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Oleh karena itu, di perlukan kepedulian oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki kesadaran bersama dalam membangun pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan sekolah. Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter. Hal ini dimaksudkan agar pserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat. Pendidikan karakter di sekolah diarahkan pada terciptanya iklim yang kondusif agar proses pendidikan tersebut memungkinkan semua unsur di sekolah dapat secara langsung berpartisipasi secara aktif sesuai dengan fungsi dan perannya.

a.      Tujuan Pendidikan Karakter
Pentingnya pendidikan bagi generasi bangsa memang sangat mutlak, pengertian pendidikan karakter berikut ini menjelaskan tentang tujuan pendidikan karakter dan pilar-pilar pendidikan karakter yang patut kita ketahui. Pengertian pendidikan karakter menurut para ahli sudah banyak yang membahasnya, maka berikut ini marilah kita simak ulasan tentang tujuan pendidikan karakter bagi manusia.Peran pendidikan bagi kemajuan sebuah bangsa sangat penting, untuk itu perlu adanya bimbingan khusus bagi setiap individu atau kelompok untuk mendapatkan pendidikan yang memadai. Sedangkan karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun individu. Jadi pengertian pendidikan karakter atau pendidikan berkarakter adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk menanamkan nilai-nilai atau sikap baik bagi peserta didik sehingga dapat diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk menanamkan dan membentuk sifat atau karakter yang diperoleh dari cobaan, pengorbanan, pengalaman hidup, serta nilai yang ditanamkan sehingga dapat membentuk nilai
19
 
karakter yang baik.

b.      Cara-Cara Penerapan Pendidkan Karakter

Nilai-nilai yang ditanamkan berupa sikap dan tingkah laku tersebut diberikan secara terus-menerus sehingga membentuk sebuah kebiasaan. Dan dari kebiasaan tersebut akan menjadi karakter khusus bagi individu atau kelompok Penerapan Pendidikan Karakter Pada PBM. Penerapan pendidikan karakter melalui ekstrakurikuler. Melalui berbagai kegiatan di PRAMUKA penerapan pendidikan karakter bisa berhasil.


c.       Sarana atau Media Pendidikan Karakter
Saat ini dalam dunia pendidikan di Indonesia sedang digembor-gemborkan akan pendidikan yang berkarakter. Berbagai peristiwa di Indonesia, seperti korupsi, tindak asusila, kriminalitas, dan tindak anarkis, dianggap sebagai bentuk degradasi moral bangsa Indonesia dan yang pasti hal itu tidak mencerminkan kepribadian bangsa, dengan kata lain bukan karakter bangsa Indonesia.
Pendidikan karakter dianggap penting dan mendesak. Pendidikan karakter perlu diberikan sejak usia dini untuk menyelamatkan generasi penerus yang benar-benar bercitra dan berkarakter bangsa Indonesia. Karena sifatnya yang mendesak itu, maka pendidikan karakter perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia Pendidikan karakter diselipkan dalam setiap mata peajaran yang berarti menuntut guru menyusun rencana pengajaran (RPP). Yang memuat nilai-nilai karakter bangsa.
Pendidikan karakter bertujuan mengembangakan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa, yaitu Pancasila. Fungsi pendidikan karakter adalah  membangun kehidupan bangsa yang multicultural, membangun peradaban Bangsa yang Cerdas, Berbudaya luhur, mengembangkan potensi dasar agar berhti baik, berpikiran baik, berperilaku baik serta keteladanan baik, membangun sikap warga negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media, yaitu keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

d.      Nilai-Nilai Karakter
Dalam (UU Sisdiknas.2003: 8) berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma social, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan serta kebangsaan. Macam-macam nilai karakter sebagai berikut:
1.    Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
a.    Religius
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan. Dalam pelaksanaannya sikap religius sangat diperlukan dalam modal utama pendidikan karakter bagi siswa, sikap religius digunakan sebagai pegangan agar apa yang dilaksanakan oleh siswa mempunyai batasan-batasan sesuai dengan kaidah keagamaan yang berlaku, kaitannya dalam pelaksanaan remas hal ini menjadikan sikap yang terlaksana dalam kegiatan ekstrakurikuler remas semua didasari oleh nilai keagamaan sehingga akan memperkecil semua perbuatan yang menyimpang dari norma.
2.    Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a.    Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. Dalam pendidikan karakter jujur merupakan sikap yang harus ada pada siswa.



b.    Bertanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan  kewajiban sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara dan Tuhan YME. Tanggung jawab merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap siswa.
c.    Bergaya Hidup Sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan, dalam implementasi pendidikan karakter hal ini perlu ditanamkan dalam rangka menjaga kesehatan jasmani bagi siswa .
d.   Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Dalam pendidikan karakter hal ini sangat perlu dilakukan dan terus ditanamkan bagi siswa, disiplin merupakan sikap yang harus ada pada siswa, mulai  dari kecil sampai nanti ketika siswa mulai terjun di masyarakat.
e.    Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas  belajar dengan sebaik-baiknya. Kerja keras adalah perbuatan yang menggambarkan perilaku seseorang yang melakukan usaha atau perbuatan sekuat tenaga, penuh visi, semangat tinggi untuk menggapai apa yang dia inginkan, intinya dia akan berhenti jika goal yang diinginkan tercapai .
f.     Percaya Diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi yang rasional, karena hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Untuk membangun percaya diri diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, dan imajinasi, karena akan meningkatkan rasa percaya diri.
g.    Berjiwa Wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyususn operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h.    Berfikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif
Berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan logika untuk menghasilkan cara baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. Kreatif dan inovatif adalah karakteristik personal yang terpatri kuat dalam diri seorang wirausaha ssejati. Bisnis yang tidak dilandasi upaya kreatif dan inovatif dari sang wirausaha biasanya tidak dapat berkembang abadi.
i.      Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Pendidikan karakter mengajarkan sikap mandiri dalam diri siswa terus tumbuh, mandiri disini berarti tidak menggantungkan segala permasalahan kepada orang lain, siswa dituntut ntuk melakukan segala kegiatan sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, hal ini sangat penting dalam rangka menjadikan siswa untuk tidak selalu bergantung dengan lainnya.
j.      Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk menjelaskan gejala-gejala alam serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dan akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
k.    Cinta Ilmu
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan, inilah karakteristik baru yang menempatkan pengetahuan sebagai asset terpenting untuk memenangkan persaingan.



3.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a.    Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi hak  diri sendiri dan orang lain serta tugas diri sendiri serta orang lain. Hak dan kewajiban pada umumnya bersifat seimbang antara pemilik hak dan penanggung kewajiban yang pada suatu saat pemilik hak sekaligus menjadi penanggung kewajiban, demikian pula penanggung kewajiban akan sekaligus menjadi pemilik hak dalam bentuk yang lain.
b.    Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum, setiap peraturan dibuat bertujuan untuk menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Setiap warga Negara harus mendukung terhadap setiap peraturan yang mengakomodasi kepentingan masyarakat dan harus mentaati dan mematuhinya dengan penuh kesadaran .
c.    Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain, jika kita ingin buah karya kita dihormati orang lain maka kita juga harus menghormati dan menghargai hasil karya orang lain. Dengan saling menghargai hasil karya maka diharapkan membentuk  suatu perilaku kebiasaan yang saling menghargai.
d.   Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. Sikap santun adalah suatu sikap yang menjaga tingkah laku sesuai dengan nilai atau norma, santun sangat penting karena dengan adanya sopan santun kita jadi lebih menghargai orang yang lebih tua dan kita sendiri pun akan dihargai oleh orang lain.
e.    Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sams hak dan kewajiban dirinya dan orang lain, dalam konteks pendidikan sikap demokratis siswa harus dilakukan baik di sekolah maupun di masyarakat. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, siswa hendaknya sejak dini telah dibiasakan bersikap demokratis.
4.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
a.    Peduli sosial dan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.



5.      Nilai kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a.    Nasionalis                             
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepeduliaan, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya (Yanti, 2005: 43).
b.    Menghargai keberagaman
Sikap member respek atau hormat terhadap berbagai macam hal baik berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan multikultur.

C.    EKSTRAKURIKULER
1.      Pengertian Ekstrakurikuler
Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah adalah kegiatan   ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam siswa dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya.
Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum. Yang dimaksud dengan kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga waktu pelaksanaan berjalan dengan baik.
Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut serta dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah.

2.      Tujuan Ekstrakurikuler
Tujuan ekstrakurikuler erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa.Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas dan biasanya yang membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah guru bidang studi yang bersangkutan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Salah satu ciri kegiatan ekstrakurikuler adalah keanekaragamannya, hampir semua minat remaja dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran ekstrakurikuler dan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler akan terampil dalam berorganisasi, dan memecahkan masalah sesuai karakteristik ekstrakurikuler yang digeluti.

3.      Dasar Hukum Ekstrakurikuler
Tujuan pendidikan sebagaimana yang termuat dalam Undang-undang Sisdiknas dapat kita pahami secara jelas bahwa, tujuan pendidikan yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggug jawab (UU Sisdiknas.2003: 8).
Semua tujuan yang hendak dicapai tersebut akan dapat berhasil bila semua unsur mendukugnya yaitu unsur pendidik, lembaga pendidikan, orang tua siswa dan siswa itu sendiri serta masyarakat ligkungan sekitar. Keberhasilan seseorang (siswa) dalam belajar ditandai dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku. Perubahan tersebut sangat mendukung keberhasilan seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Orientasi pendidikan yang cenderung melupakan pengembangan dimensi nilai ( Affective domein ) telah merugikan peserta didik secara individual maupun kolektif. Tendensi yang muncul adalah, peserta didik akan mengetahui banyak tentang sesuatu, namun ia menjadi kurang memiliki system nilai, sikap, minat maupun apresiasi secara positif terhadap apa yang diketahui. Anak akan mengalami perkembangan intelektual tidak seimbang dengan kematangan kepribadian sehingga melahirkan sosok spesialis yang kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya dan rentan mengalami distorsi nilai, sebagai dampaknya, peserta didik akan mudah tergelincir dalam praktik pelanggaran moral karena sistem nilai yang seharusnya menjadi standard atau patokan berperilaku sehari-hari belum begitu kokoh.
Pada umumnya pendidikan bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa didik untuk mengembangkan potensi, bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat (Utami Munandar, 2002 : 4).
Setiap orang mempunyai potensi yang berbeda-beda dan oleh karenanya membutuhkan layanan pendidikan yang berbeda pula. Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (artinya mengidentifikasi dan membina) dan memupuk (artinya mengembangkan dan meningkatkan) potensi-potensi tersebut secara utuh.
Oleh karena itu peserta didik perlu wadah atau sarana untuk meningkatkan kreatifitas dan pola fikir mereka dalam menghadapi perkembangan sosial yang terjadi pada masyarakat sekarang ini diantaranya adalah kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan pengalaman – pengalaman yang bersifat nyata yang dapat membawa siswa pada kesadaran atas pribadi, sesama, lingkungan dan Tuhan-Nya, dengan kata lain bahwa kegiatan ektrakurikuler dapat meningkatkan Emotional Qoutient (EQ) siswa yang di dalamnya terdapat aspek kecerdasan sosial atau kompetensi sosial. Pengembangan EQ dewasa ini menjadi lebih mengedepan. Dari hasil penelitian Daniel Goleman dikatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar ditentukan oleh 80 % kecerdasan emosi (EQ) dan hanya 20% ditentukan oleh faktor kecerdasan kognitip (IQ) (Ratna Megawangi, 2004 : 47).
Berdasar hasil penelitian Dalam pendidikan harus di tambahi dengan pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dari peserta didik tersebut, diantaranya adalah pendidikan Ekstrakulikuler dan pengembangan diri. Dikalangan banayak pihak kegiatan Ekstrakulikuler dan pengembangan diri hanya di pandang sebelah mata karena menurut mereka pendidikan yang diajarkan hanyalah main-main dan bersenang-senang.
Dalam hakikatnya pendidikan inilah yang menjadikan pendidikan Ekstrakulikuler menjadi sangat berarti karena di dalam kesenangan mereka bisa melatih kreativitas dan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan olah fikir mereka. Pelatihan pengembangan diri dan kreatifitas sangat di perlukan untuk membentuk dan melihat potensi yang ada dalam peserta didik. Agar para pendidik bisa mengetahui kemampuan dan potensi yang terdapat pada siswa yang akan diberikan pelajaran.Macam-macam ekstrakurikuler di SMP N 1 PAKEL, Kecamatan Pakel, kabupaten Tulungagung antara lain : BASKET, PRAMUKA, PMR, VOLI, MARCHING BAND, SENI LUKIS, SENI TARI (Online,http://pustakahanan.googlepages.com/RingkasanMembentukKarakterCaraIslam-.pdf di akses, Jumat, senin14 januari 2013, Pkl: 11.03 ).

D.  PRAMUKA
1.      Pengertian Pramuka
Kepramukaan adalah suatu gerakan pendidikan suatu proses atau aktivitas yang dinamis dan bergerak maju sepanjang hayat. Kepramukaan sebagai proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi kaum muda itu selalu berkembang sesuai dengan kepentingannyakebutuhan dan kondisi kaum muda itu sendiri serta lingkungan setempat.
Kepramukaan adalah pendidikan luar lingkungan sekolah dan luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya pembentukan watak peserta didik dan penerapan disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
 Dalam UU RI No.12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, disebutkan bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat; pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka meliputi gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
 Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.
 Pendidikan kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai gerakan pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup.
 Gerakan Pramuka, merupakan sala satu kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki visi, misi, arah, tujan dan strategi yang jelas. Jenis kegiatan pengembangan pada setiap satuan sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi jelas tertuang dalam Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Gerakan Pramuka mendidik kaum muda Indonesia dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.

2.      Macam - macam Kegiatan pramuka
Banyak sekali bentuk-bentuk dari kegiatan pramuka khususnya bagi golongan penggalang. Kegiatan dapat berupa, kegiatan jambore, perkemahan, penjelajahan, kegiatan lomba tingkat dan kegiatan-kegiatan lainya.
Jambore adalah pertemuan pramuka penggalang dalam bentuk perkemahan besar, dan diadakan bertingkat; Jambore Nasional (Jamnas), Jambore Daerah (Jamda), Jambore Cabang, Jambore Ranting
Lomba Tingkat, adalah pertemuan regu-regu Pramuka Penggalang dalam bentuk lomba kegiatan kepramukaan. Lomba tingkat dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari tingkat gugusdepan (LT-I), ranting (LT-II), cabang (LT-III), daerah (LT-IV), nasional (LT-V).
Gladian Pimpinan Regu (Dianpinru), adalah pertemuan Pramuka Penggalang bagi Pemimpin Regu Utama (Pratama), Pemimpin Regu (Pinru) dan Wakil Pemimpin Regu (Wapinru) Penggalang, yang bertujuan memberikan pengetahuan dan pengalaman di bidang manajerial dan kepemimpinan. Dianpinru diselenggarakan oleh gugusdepan, kwartir ranting atau kwartir cabang. Kwartir Daerah dan Kwartir Nasional dapat menyelenggarakan Dianpinru apabila dipandang perlu.
Penjelajahan (Wide Game), adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk mencari jejak (orienteenering) dengan menggunakan tanda-tanda jejak, membuat peta, mencatat berbagai situasi dan dibagi dalam pos-pos. Setiap pos berisi kegiatan keterampilan kepramukaan seperti morse atau semaphore, sandi, tali temali dan sejenisnya.
Dalam membuat peta, pramuka penggalang memiliki teknik tersendiri seperti peta pita dan peta lapangan. Peta pita dibuat oleh dua atau tiga orang yang biasanya mencatat posisi atau titik dari kompas bidik, kemudian orang yang lain akan mencatat kondisi sekitar dalam sebuah meja jalan. Meja lanan sendiri berbentuk papan seukuran kertas folio yang kemudian ditempel kertas yang digulung panjang
Latihan Bersama, adalah pertemuan Pramuka Penggalang dari dua atau lebih gugusdepan yang berada dalam datu kwartir ranting atau kwartir cabang mapun kwartir daerah dengan tujuan untuk saling tukar menukar pengalaman. Latihan gabungan ini dapat dilaksanakan dalam bentuk lomba, seperti baris-berbaris, PPPK, senam pramuka dan sejenisnya.
Perkemahan, adalah pertemuan Pramuka Penggalang yang dilaksanakan secara reguler, untuk mengevaluasi hasil latihan di gugusdepan. Perkemahan diselenggarakan dalam bentuk Persami (Perkemahan Sabtu Minggu), Perjusami (Perkemahan Jumat Sabtu Minggu), perkemahan liburan dan sejenisnya.
Gelar (Demonstrasi) Kegiatan Penggalang, adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk keterampilan di hadapan masyarakat umum, seperti baris-berbaris, P3K, gerak dan lagu, membuat konstruksi sederhana dari tongkat/bambu dan tali (pioneering), dan sejenisnya.
Pameran, adalah kegiatan yang memamerkan hasil karya Pramuka Penggalang kepada masyarakat.
Darmawisata, adalah kegiatan wisata ke tempat tertentu, seperti museum, industri, tempat bersejarah, dan sejenisnya.
Pentas Seni Budaya, adalah kegiatan yang menampilkan kreasi seni budaya para Pramuka Penggalang.
Karnaval, adalah kegiatan pawai yang menampilkan hasil kreatifitas Pramuka Penggalang.

3.      Tujuan Pramuka
Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia dengan tujuan agar :
a)        Anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya.
b)        Anggotanya menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan keterampilannya.
c)        Anggotanya menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya.
d)       Anggotanya menjadi manusia yang menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi angota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negara.

4.      Langkah - langkah Pramuka
Gerakan pramuka merupakan salah satu organisasi yang di perkenankan dan ditugaskan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dan para pemuda diindonesia. Tentunya dengan menggunakan prinsip dan metode pendidikan kepramukaan yang pelaksanaanya di sesuaikan dengan perkembangan, keadaan dan kempentingan masyarakat, bangsa dan negara. Menjadi seorang pramuka itu harus melalui sebuah proses. Proses tersebut berupa rentetan perjalanan seorang pramuka dalam melaksanakan bakti dalam upaya menanamkan kepribadian dan watak yang baik sesuai dengan tujuan dari gerakan pramuka.
Pembinaan ini kususnya pada pramuka golongan penggalang itu dilakukan secara mandiri tentunya tidak lepas dari bimbingan dari anggota dewasa (pembina). Selain itu pelaksanaan kegiatan haruslah dibuat semenarik mungkin dan menyenangkan. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dengan teratur, terarah serta praktis dalam pelaksanaanya, sehingga dapat membuat suatu kegiatan yang menyehatkan. Seperti yang tertulis pada anggaran rumah tangga gerakan pramuka than 2005 pasal 6 ayat 1 yang berbunyi:
“dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.”

Pernyataan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi para pembina untuk membuat kegiatan yang kreatif dan menyenangkan. Adapu materi pembinaan yang dapat di berika guna menjadikan insan yang patuh serta menjadikan insan yang berguna bagi diri sendiri serta masyarakat dan menjadikan insan yang mampu membangun diri sendiri yaitu melalui materi pembinaan mental sepiritual, materi pembinaan patriotisme, materi pembinaan idealisme, dan materi pembinaan jasmaniah. Pembinaan gerakan pramuka ini biasanya bermula pada satuan yang lebih kecil dari ambalan yang dinamakan dengan sangga. Sangga akan mengalami proses pembinaan di ambalan. Pembinaan dilakukan dengan menggunakan sistem satuan terpisah dimanapun satuan penegak putri dibina oleh pembina putri dan satuan putradibina oleh pembina putra. Aturan ini telah di atur dalam anggaran rumah tangga gerakan pramuka pada pasal 29.
“pendidikan dalam gerakan pramuka ini yaitu dengan menggunakan metode yang dinamakan dengan sistem among. Pada sistem among ini pembina diharuskan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yakni, ing ngarsa sung tulada maksudnya dari depan menjadi teladan, ing madya mangun karsa maksudnya dari tengah-tengah membangun kemauan, dan yang terakir tut wuri handayani yang memiliki maksud dari belakang memberikan dorongan dan pengaruh yang baik untuk mengarah pada kemandirian.

Di dalam penggalang ini merupakan awal dari proses pencarian jati diri yang akan penuh dengan berbagai kejutan, kratifitas dan tantangan nyata dalam pembekalan diri guna menghadapi realita kehidupan. Pramuka penegak memiliki kesenangan dan juga memiliki kewajiban yang melekat pada diri seorang penegak itu berarti tegak, untuk menjadi diri sendiri, dan berproses untuk terlibat dalam membangunan masyarakat, seperti yang tertulis pada tri stya butir kedua yakni “turut serta membangun masyarakat”.
Pelaksanaan pembinaan disini di titik beratkan pada pengembangan pendidikan kepramukaan, melaksanaan kegiatan kepramukaan, pembangunan sarana fisik dalam pelaksanaan karya bakti. Pembinaan bagi pramuka penggalang merupakan proses pendidikan dan pembinaan kepribadian, watak, budi pekerti, pengetahuan, ketrampilan, ketangkasan, kesehatan dan kesegaran jasmani, dan kepemimpinan bagi para pramuka penggalang sehingga bisa hidup mandiri ( online, www.romadhon-byar.com/2010/.../pramuka-bhayangkara-bab-ii.htm di akses, 6 februari, jam 22.00 ).




E.     PENGEMBANGAN DIRI
1.      Pengertian Pengembangan Diri
a.    Pengembangan Diri Sebagai Hukum Alam
Pandangan Herakleitos : Phanta Rhei, segala sesuatu dimuka bumi ini pasti mengalami perubahan, tidak ada yang tetap. Perubahan pada manusia berbentuk perkembangan dan pertumbuhan Perkembangan psikis (membaca, menulis, kemampuan bahasa, dll), Pertumbuhan fisik (tinggi badan, bentuk badan, rambut, kuku).Tidak berkembang atau tumbuh bearti melawan hukum alam.
b.    Pengembangan Diri Sebagai Kewajiban Dasar Manusia
 Pandangan William David Ross, prima facie mengembangkan diri (kemampuan, bakat, intelegensi, dan lain-lain) merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar - tawar. Pengembangan diri bukan saja sebagai hukum alam yg diterima dan dijalankan keberlangsungannya, melainkan harus diupayakan pengembangannya secara serius menuju tingkat kesempurnaan (bukan bearti perfect atau tanpa cela tetapi mencapai tingkat optimal), misalnya dengan mengikuti program-program pelatihan pengembangan diri.
c.    Pengembangan Diri sebagai Kebutuhan Hakiki Manusia
            Pandangan Adolf Heuken: mengembangkan diri memenuhi kerinduan terdalam dari hati masing-masing manusia. Menurut Abraham Maslow, pengembangan diri menjadi lebih baik atau bahkan paling baik adalah kepuasaan tertinggi untuk setiap manusia (aktualisasi diri).
Kebutuhan ini bukan sesuatu yang dipaksakan dari luar, tetapi muncul dari dalam diri. Berbagai hal yang berasal dari luar hanya merangsang atau membantu proses pengembangan diri.

2.      Konsep Pengembangan Diri
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah atau madrasah (Subosito, 2007; 26).
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah atau madrasah (Subosito, 2007:28).
Fungsi kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas pengembangan, social, rekreasi, persiapan karier yang dalam pelaksanaannya harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu individual, pilihan, keterlibatan aktif, menyenangkan, etos kerja, kemanfaatan sosial (Yanti, 2005: 22).
Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur sasaran kegiatan, substansi kegiatan, waktu pelaksana kegiatan, serta keorganisasiannya, tempat, dan sarana.Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksakan secara terprogram maupun tidak terprogram yang penilaiannya secara kualitatif diskripsi. Rencana kegiatan untuk penyusunan program pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler meliputi:
a)    Tujuan program pengembangan diri dalam bentuk kegiatan   ekstrakurikuler,
b)   Hasil yang diharapkan dari program pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler,
c)    Ruang lingkup program pengembangan diri program pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler,
d)   Jadwal kegiatan penyusunan program pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler,
e)    Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam program pengembangan diri dalam bentuk kegiata ekstrakurikuler,
f)    Alokasi pembiayaan program pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ektrakurikuler.
Langkah-langkah penyusunan program pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas :
a)        Prinsip program pengembangan diri untuk kegiatan ekstrakurikuler.
b)        Jenis pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler menguraikan pengelompokan kegiatan-kegiatan ektrakurikuler yang dapat diakomodasi oleh satuan pendidikan berdasarkan kebutuhan, bakat, dan minat siswa sesuai dengan kondisi satuan pendidikan.
c)        Langkah-langkah penyusunan program kerja setiap bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
d)       Kriteria dan aturan pelaksanaan setiap jenis pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

3.      Konsep kedisiplinan
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Moeliono  mengemukakan bahwa “disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya”
Robert mejelaskan bahwa, “disipilin menimbulkan gambaran yang amat keras, bayangan tentang hukuman, pembalasan dan bahkan kesakitan. Pada sisi lain,"disiplin" mengacu pada usaha membantu orang lain melalui pengajaran dan pelatihan. Contohnya, kata "a disciple" dalam bahasa Inggris berarti seseorang yang mengikuti ajaran orang lain dalam.
Istilah “disiplin” mengandung banyak arti. Good’s Dictionary of Education menjelaskan disiplin yaitu : “(1) proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu citat-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan; (2) pencarian cara-cara bertindak yang tepilih dengan gigih, aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan; (3) pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman dan/atau hadiah; (4) secara negatif pengekangan setiap dorongan, sering melalui cara yang tak enak, menyakitkan; (5) Suatu cabang ilmu pengetahuan” (Sutisna 1989 : 109).
Webster’s New World Dictionary dijelaskan bahwa kata disiplin mempunyai lima arti pokok, yaitu : “ (1) Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau keadaan serba teratur dan efisiensi; (2) pengendalian diri, perilaku yang tertib; (3) penerimaan atau ketundukan kepada kekuasaan dan kontrol; (4) perilaku yang menghukum atau memperbaiki; (5) suatu cabang ilmu pengetahuan” (Sutisna 1989 : 110).
Menurut Sutisna, (1989 : 110) bahwa “ada dua pengertian pokok tentang disiplin yaitu : (1) proses atau hasil pengembangan karakter, pengendalian diri, keadaan teratur dan efisiensi. Ini adalah jenis disiplin yang sering disebut “disiplin positif” atau “disiplin konstruktif”; (2) penggunaan hukuman atau ancaman hukuman untuk membuat orang-orang mematuhi perintah dan mengikuti peraturan dan hukum. Jenis disiplin ini telah diberi macam-macam nama : “disiplin negatif, “disiplin otoriter”, displin menghukum atau menguasai melalui rasa takut”.
Disiplin adalah suatu sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Kegiatan yang perlu dibudayakan disekolah berkaitan dengan nilai dasar ini antara lain : tepat waktu masuk sekolah, mengikuti pertemuan atau kegiatan lain yang dijadwalkan oleh sekolah (Depdiknas, 2001 : 7).
Sukardi (1983 : 102) mengatakan bahwa “disiplin mempunyai dua arti yang berbeda, tetapi keduanya mempunyai hubungan yang berarti : (1) disiplin dapat diartikan suatu rentetan kegiatan atau latihan yang berencana, yang dianggap perlu untuk mencapai suatu tujuan, (2) disiplin dapat diartikan sebagai hukuman terhadap tingkah laku yang tidak diinginkan atau melanggar ketentuan-ketentuan peraturan atau hukum yang berlaku.
Dari pengertian tersebut di atas, disiplin dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah.
a)      Perlunya Disiplin
Menurut Hurlock (1978: 83) mengemukakan bahwa disiplin itu perlu untuk perkembangan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu, di antaranya adalah:
                                                                        1.      Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh    dan yang tidak boleh dilakukan.
                                                                        2.      Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat prilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.
                                                                        3.      Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan.
                                                                        4.      Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya
                                                                        5.      Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani atau suara dari dalam yang membimbing dalam mengambil suatu keputusan dan pengendalian prilaku.
b)      Tujuan Disiplin
Maman Rachman mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : “(1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

Wikipedia mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah “untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa (Online, www.4buku.com/17-bab-ii-konsep-disiplin-diri--program-repository di akses, minggu 21 januari, jam 23.00 ).

No comments:

Post a Comment