BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
1.1. Nilai
1.1.1.
Pengertian nilai
Nilai yang dalam bahasa Inggrisnya adalah value biasa diartikan
sebagai harga,penghargaan, atau taksiran. Maksudnya adalah harga atau pengharagaan yang
melekat pada suatu objek
Nilai
moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral
selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua
nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang
lebih terkait dengan
tingkah laku kehidupan kita
sehari-hari.
(Nur Wahyu Rochmadi, 2011, Hal 37).
a, Pengertian nilai menurut para hali :
1.
Widjaja (Nur Wahyu Rochmadi, 2011 Hal 37).
Mengemukakan bahwa menilai berati
menimbang, yaitu kegiatan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain
(sebagai standar), untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan itu dapat
menyatakan: berguna atau tidak berguna,
benaratau tidak benar, indah atau tidak indah, baik atau tidak baik dan
seterusnya.
2.
Kimball Young
Mengemukakan nilai sosial adalah
asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang dianggap penting
dalam masyarakat.
3.
A.W.Green
Nilai sosial adalah kesadaran yang
secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.
4.
Woods
Mengemukakan bahwa nilai sosial
merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta mengarahkan tingkah
laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
5.
M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran
mengenai apa yang diinginkan, yang
pantas, berharga, dan dapat mempengaruhi perilaku
sosial dari orang yang bernilai tersebut.
6.
Hendropuspito
Menyatakan nilai sosial adalah
segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional
bagi perkembangan kehidupan manusia.
7.
Scheler
“Menyatakan bahwa
nilai-nilai yang ada tidaklah sama luhur dan sama tingginya. Nilai-nilai itu
secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan
dengan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dikelompokkan
dalam 4 tingkatan sebagai berikut:
-
Nilai-nilai
kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan
tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita.
-
Nilai-nilai
kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang lebih penting bagi
kehidupan, misalnya: kesehatan, kesegaran badan, kesejahteraan umum.
-
Nilai-nilai
kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang sama sekali tidak
tergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungan, seperti misalnya kehidupan,
kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
- Nilai-nilai
kerohanian: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari suci dan tak suci.
Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi dan nilai
kebutuhan”.
1.1.2
Macam-macam
nilai
Menurut Prof. Dr.
Notonegoro, (Nur Wahyu Rochmadi, 2011 Hal 39) nilai dibagi menjadi 3 ,
yaitu :
1. Nilai material (fisik),
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia. Artinya sesuatu
itu bernilai bagi manusia apabila berguna memiliki daya guna atau manfaat bagi
manusia. Misalnya makanan, minuman, perhiasan, dan lain-lain.
2.
Nilai vital (penting), yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
melakukan kegiatan atau aktifitas, misalnya alat-alat tulis bagi pelajar,
computer, kendaraan bermotor.
3.
Nilai kerohanian (batin), yaitu segala yang berguna bagi unsur rohani (batin)
manusia. Nilai ini dapat dibedakan menjadi empat macam:
a. NIlai kebenaran, bersumber pada akal manusia.
b. Nilai keindahan, bersumber
pada unsur rasa (perasaan) manusia.
c. Nilai moral, bersumber
pada kemauan atau etika dan
d. Nilai
religious, bersumber pada keykinan atau kepercayaan manusi, berfungsi sebagai
sumber moral yang diyakini sebagai ridho Tuhan.
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga
macam, yaitu:
a. Nilai logika adalah nilai benar
salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah
tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik
buruk.
1.1.3. Nilai berdasarkan
cirinya
Berdasarkan cirinya, kita
mengenal dua jenis nilai, yaitu nilai yang tercernakan dan nilai dominan:
-
Nilai dominan (dianggap lebih penting).
yaitu
nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai yang lainnya. Mengapa
suatu nilai dikatakan dominan? Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk
menentukan dominan atau tidaknya suatu nilai, yaitu sebagai berikut.
a)
Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
b) Lamanya nilai dirasakan oleh anggota kelompok yang menganut nilai
itu.
c)
Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai tersebut.
d)
Tingginya kedudukan orang yang membawakan nilai itu.
- Nilai yang tercernakan
atau mendarah daging (internalized value),
yaitu nilai yang menjadi kepribadian bawah sadar atau dengan kata
lain nilai yang dapat mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir panjang.
Sebagai contohnya seorang ayah dengan sangat berani dan penuh kerelaan menolong
anaknya yang terperangkap api di rumahnya,meskipun risikonya sangat besar.
(http://anaajat.blogspot.com/2012/08/jenis-jenis-dan-fungsinilaisosial.html).
(http://anaajat.blogspot.com/2012/08/jenis-jenis-dan-fungsinilaisosial.html).
1.1.4. berdasarkan
tingkat keberadaannya
Kita mengenal dua jenis nilai berdasarkan tingkat keberadaannya,
yaitu nilai yang berdiri sendiri dan nilai yang tidak berdiri sendiri.
- Nilai yang berdiri sendiri, yaitu suatu
nilai yang diperoleh semenjak manusia atau benda itu ada dan memiliki sifat
khusus yang akhirnya muncul karena memiliki nilai tersebut. Contohnya
pemandangan alam yang indah, manusia yang cantik atau tampan, dan lain-lain.
- Nilai yang tidak berdiri sendiri, yaitu nilai
yang diperoleh suatu benda atau manusia karena bantuan dari pihak lain.
Contohnya seorang siswa yang pandai karena bimbingan dan arahan dari para
gurunya. Dengan kata lain nilai ini sangat bergantung pada subjeknya.
1.2. MORAL
1.2.1
Pengertian moral
Secara
etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,
bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau
adat-istiadat. DalamKamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan
sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari
segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk
formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah
ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali
(1994: 31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai
perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan
sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa
perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Sementara itu Wila Huky,
sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22),
Dalam
kamus filsafat terdapat beberapa pengertian dan arti moral yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
- Memiliki: Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh)
keinsyafan benar atau salah; Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang
lain sesuai dengan kaidah-kaidah perilaku nilai benar dan salah.
- Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan
orang lain.
- Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar
atau salah, tepat atau tidak tepat.
- Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang
dianggap benar, baik, adil dan pantas.
(http://www.g-excess.com/33876/ pengertian-dan-arti-moral-menurut-beberapa-ahli/.
Online 22.34/19-02-2013).
1.2.2. Pengertian moral menurut para
ahli
Menurut
Immanuel Kant,
Moralitas
adalah hal kenyakinan serta sikap batin dan bukan hanya hal sekedar penyesuaian
dengan beberapa aturan dari luar, entah itu aturan berupa hukum negara, hukum
agama atau hukum adat-istiadat. Selanjutnya dikatakan jika, kriteria mutu moral
dari seseorang adalah hal kesetiaannya terhadap hatinya sendiri.
Moral
merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang didasarkan kepada
pengertiannya mengenai baik dan buruk. Morallah yang membedakan manusia denga
makhluk tuhan yang lainya dan menempatkan pada posisi yang baik diatas makhluk
lain.
Moral
adalah realitas dari kepribadian pada umumnya bukan hasil dari perkembangan
pribadi semata, namun moral merupakan tindakan atau tingkah laku seseorang.
Moral tidaklah bisa dipisahkan dari kehidupan beragama. Di dalam agama Islam
perkataan moral sangat identik dengan akhlak. Di mana kata ‘akhlak’ berasal
dari bahasa Arab jama’ dari ‘khulqun’ yang berarti budi pekerti.
(http://www.g-excess.com/33876/pengertian-dan-arti-moral-menurut-
beberapa-ahli/, online 12-01-2013, 23.00)
DIAN IBUNG
Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan
sosial dan mengatur tingkah laku seseorang.
WIWIT WAHYUNING, DKK
Moral berkenaan dengan norma - norma umum, mengenai apa
yang baik atau benar dalam cara hidup seseorang.
ZAINUDDIN SAIFULLAH NAINGGOLAN
Moral ialah suatu tendensi rohani untuk melakukan
seperangkat standar dan norma yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat.
MARIA ASSUMPTA
Moral adalah aturan
mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
SONNY KERAF
Moral menjadi tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk
menentukan baik buruknya tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai
anggota masyarakat atau sebagai orang dengan jabatan tertentu atau profesi
tertentu.
IMAM SUKARDI
Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan
ukuran - ukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau
lingkungan tertentu.
J. DOUMA
Moral adalah segala kesusilaan yang berlaku.
RUSSEL SWANBURG
Moral adalah pernyataan pikiran yang berhubungan dengan
semangat atau keantusiasan seseorang dalam bekerja.
(http://carapedia.com/
pengertian_ definisi_moral_info2097.html, 12-01-2013, 23.11).
1.2.3. Definisi
konsep moral
Secara kebahasaan perkataan moral
berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang merupakan bentuk jamak dari
perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia
dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas
suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik,
buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut.
1.3. ANAK USIA SEKOLAH DASAR
1.3.1. Pengertian sekolah
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, sekolah
merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima
dan memberi pelajaran. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sekolah
merupakan salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut ilmu. Dan melihat
kenyatannya hingga sekarang sekolah masih dipercaya oleh sebagian besar anggota
masyarakat sebagai salah satu tempat untuk belajar, berlatih kecakapan,
menyerap pendidikan atau tempat proses mendewasakan anak.
Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala
Sekolah. Kepala Sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala
sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan
sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi
dengan fasilitas lain.
(Sumber:http://www.sekolahdasar.net/2010/04/pengertian-sekolah.html#
ixzz2FKOv0Tcq, 14-01-2013. 21.33)
1.3.2. Pengertian anak usia sekolah
Pengertian anak usia sekolah adalah anak yang berada
pada usia-usia sekolah. Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia enam hingga kira-kira usia duabelas tahun. Karakteristik
utama usia sekolah adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual
dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi,
kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan
fisik (Untario, 2004).
Selanjutnya seorang anak mulai bersekolah dimana ia akan
memperoleh pendidikan secara formal dari guru/pengajar/pendidik. Sekolah adalah
tempat sesudah keluarga dimana anak akan memperoleh pendidikan. Oleh karena itu
sekolah merupakan lembaga yang sangat penting didalam pembentukan kepribadian
anak dan menentukan mutu anak tersebut dikemudian hari. Menurut Nasution (1993,
dalam Djamarah, 2008) masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau duabelas tahun.
Usia sekolah ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah
dasar dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah
sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai masa
sekolah oleh karena pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan
formal, tetapi bisa juga dikatakan bahwa masa usia sekolah adalah masa matang
untuk belajar maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa matang untuk
belajar karena anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, sedangkan disebut
masa matang untuk sekolah karena anak sudah menamatkan taman kanak-kanak,
sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya dan anak sudah
menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan dari sekolah.
Masa usia sekolah dianggap oleh Suryabrata (2008)
sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Tetapi dia tidak
berani mengatakan pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah
dasar. Kesukaran penentuan ketepatan umur matang untuk masuk sekolah dasar
disebabkan kematangan itu tidak hanya ditentukan oleh umur semata, tetapi ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti yang sudah dibahas
sebelumnya.
(http://www. psychologymania. com/2012/10/
pengertian-anak- usia-sekolah. html, 13-01-2013, 21.37).
1.4. Karakter siswa usia sekolah
dasar
1.4.1 Pengertian karasteristik siswa
Karakter menurut
Puerwadarminta adalah watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaansedang menurut IR
Pedjawijatna mengemukakan karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata
dalam tindakannya (insani). Dengan beberapa pengertian tersebut dapat penulis
katakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan semua watak yang nyata dan
timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap saat. Sehingga
dengan demikian, karena watak dan perbuatan manusia yang tidak akan lepas dari
kondrat, dan sifat , serta bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak heran jika
bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda.
Adapun bentuk dan karakter
siswa SD khususnya adalah dapat di uraikan sebagai berikut :
Senang bermain.
Karakteristik ini menuntut
guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih –
lebih untuk kelas rendah. Guru sd seyogiyanya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan
model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya
diselang saling antara mata pelajaran serius seperti ipa, matematika, dengan
pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau seni
budaya dan keterampilan
Senang bergerak,
Orang dewasa dapat duduk
berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30
menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk
jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
Anak senang bekerja
dalam kelompok.
Dari pergaulanya dengan
kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses
sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia
kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar
menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar
keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar
dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan
anggota 3 samapi 4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas
secara kelompok.
Senang merasakan atau
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Ditunjau dari teori
perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa
yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan
konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep
tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan
sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih
dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi
orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak
akan lebih memahami tentang solat jika langsung dengan prakteknya. (http://ihyayusriati.blogspot.com/2012/09/perkembangan-moral-pada-anak-usia-sd.html).
1.4.2. perkembangan anak usia sd
1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
a) Perkembangan fisik atau
jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut
usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula.
Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang
menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan
orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
b) Nutrisi dan kesehatan
amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya
anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan
orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
c) Olahraga juga
merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang
berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan
berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
d) Orang tua harus selalu memperhatikan
berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian
dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena
itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan
gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari
sekalipun sederhana.
2. Perkembangan Intelektual dan
Emosional
a) Perkembangan intelektual anak
sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi,
kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya
perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak
memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam
berkomunikasi dengan teman-temannya.
b) Perkembangan
emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia,
lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan
perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya,
etnik dan bangsa.
c) Perkembangan
emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan
faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak
yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang
sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya
sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya.
Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu
menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi
keseimbangan emosional anak.
d) Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang
lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada
perkembangan emosional anak.
e) Dalam mengatasi
berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya
orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri,
psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat
melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala
sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan
emosional anak.
f) Stres
juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua,
keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul.
Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang
perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan
jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan
diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang
bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
3. Perkembangan
Bahasa
Bahasa telah berkembang
sejak anak berusia 4 sampai 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing
anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki
keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa
berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan
kesediaan orang tua membimbing anaknya.
(a) sebagai pemuas kebutuhan,
(b) sebagai alat untuk menarik orang lain,
(c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial,
(d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri,
(e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan
orang lain,
(f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
(a) kematangan alat
berbicara,
(b) kesiapan mental,
(c) adanya model yang baik
untuk dicontoh oleh anak,
(d) kesempatan berlatih,
(e) motivasi untuk belajar
dan berlatih dan
(f) bimbingan dari orang
tua.
Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan
perkembangan berbicara bagi anak, yaitu:
(a) anak
cengeng,
(b) anak
sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
a. Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan
bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan
tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan
keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian
hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
b. Terdapat bermacam
hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan
non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari
anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
(a) memiliki nilai
pendidikan,
(b) memberikan motivasi kepada anak,
(c)
memperkuat perilaku dan
d) Fungsi hukuman yang
diberikan kepada anak adalah:
(a)
fungsi restruktif,
(b)
fungsi pendidikan,
(c)
sebagai penguat motivasi.
(a) segera diberikan,
(b) konsisten,
1.5. Karakter masyarakat
1.5.1 pengrtian karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Karakter memiliki arti:
a). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
b).Karakter juga
bisa bermakna "huruf".
Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan
Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu
yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia
buat.
W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa
karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu,
sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah
kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau
moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap.
Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan
bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya
mempunyai watak, mempunyai kepribadian.
1.5.2. Karakter masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang
berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah,
keluarga,perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat definisi lain dari
Masyarakat juga merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan
hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri
berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata
Arab masyarakat berarti
saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.Dalam ilmu sosiologi kita
kit mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan.Masyarakat paguyuban terdapat hubungan
pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara
mereka.Kalau pada masyarakat patambayan
terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.
“Wyne “mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani
“karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus
dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku
jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi
istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang”.
Alwisol “menjelaskan
pengertian
karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai
(benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter
berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai.
Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud
tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen
serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu”.
1.5.3. Definisi masyarakat menurut para ahli
a. Menurut Selo Sumarjan (1974)
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan.
menghasilkan kebudayaan.
b. Menurut Koentjaraningrat (1994).
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat continue dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat continue dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
c. Menurut Ralph Linton (1968).
Masyarakat adalah setiap
kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan
mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai
satu kesatuan sosial.
d Menurut Karl Marx,
Masyarakat
adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau
perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi
secara ekonomi.
e. Menurut Emile Durkheim,
Masyarakat merupakan suau
kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
f. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt,
Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama
dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai
kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok kumpulan
manusia tersebut.
1.6. Karakter masyarakat
desa dan kota
A. Masyarakat desa
Masyarakat
desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya
tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu,
sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa
di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan
perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik
tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik
masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat
umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu
wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan. (http://maliqren.wordpress. com/2010/11/19/
masyarakat-pedesaan/)
1. Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam
kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal:
a. Secara ekonomi memang tidak mampu.
b. Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
b. Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
2. Mudah curiga
Secara
umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:
a. Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
a. Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
b.Seseorang/sekelompok
yang bagi komunitas mereka dianggap asing.
3. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”
Sebagai “orang Timur”, orang desa
sangat menjunjung tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh” apabila:
a. Bertemu dengan tetangga.
b. Berhadapan dengan pejabat.
c. Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan.
d. Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara
ekonomi.
e. Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya.
e. Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya.
4. Guyub, kekeluargaan.
Sudah menjadi karakteristik khas bagi
masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah
“mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.
5. Lugas.
Berbicara
apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak
peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang
mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang
mereka miliki.
6. Tertutup dalam hal keuangan.
Biasanya masyarakat desa akan
menutup diri manakala ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi
keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah,
mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit
mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.
7. Perasaan “minder” terhadap orang kota.
Satu fenomena yang ditampakkan oleh
masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika
bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar.
Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong.
8. Menghargai (“ngajeni”) orang lain.
Masyarakat desa benar-benar
memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan”
untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud
material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa
disebut dengan “ngajeni”.
9. Jika diberi janji, akan selalu diingat.
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah
diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih
berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang
selama ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan
program pembangunan di daerahnya.
Sebaliknya
bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang
begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa
menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu, mereka telah
standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu
mengingat pengalaman itu.
10. Suka gotong-royong.
Salah
satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan Indonesia
adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan
istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta
mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang
sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian
materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka: “rugi
sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi
tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.
11. Demokratis.
Sejalan
dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan
terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah
untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting
dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.
12. Religius.
Masyarakat pedesaan dikenal sangat
religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya.
Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang
bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan.
1.6.1 Ciri-ciri masyarakat perkotaan
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu:
a. Kehidupan
keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung
kearah keduniaan saja.
b. Orang kota
pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang
lain (Individualisme).
c. Pembagian kerja diantara
warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota.
e. Jalan
kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi
warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat
mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
f. Perubahan-perubahan tampak nyata
dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh
dari luar.
1.6.2. Karakter masyarakat agamis
Mengamati orang agamis,
saya melihat ada keragaman karakteristik yang universal. Yang dimaksud dengan
orang agamis adalah orang yang mengaku memeluk suatu agama. Yang dimaksud
dengan karakteristik di sini adalah bagaimana orang tsb memahami agamanya, atau
kebenaran macam apa yang dipahaminya atau menarik hatinya dari agama tersebut
dan dianggapnya sebagai kebenaran yang utama.
Universal berarti bahwa fenomena keragaman ini adalah sesuatu yang terjadi
atau bisa didapati di semua agama. Keragaman karakteristik itu adalah adanya
manusia ritual, manusia doktrinal, manusia moral, manusia ajaib, dan manusia
spiritual dalam setiap agama.
Manusia ritual adalah
kelompok orang-orang yang menekankan sisi ritual dari agamanya. Mereka sangat
peduli dan ketat menjaga aturan-aturan, prosedur-prosedur, dan upacara-upacara
dalam agamanya. Memang semua agama memiliki aturan-aturan, prosedur-prosedur,
dan upacara-upacara, dan kelompok manusia ritual ini adalah orang-orang yang
melihat ritual-ritual ini sebagai sesuatu yang utama dan penting dalam agama
tsb, yang harus dilestarikan, dan tidak boleh sembarangan dilanggar. Sebagai
contoh, jika ajaran agama tsb memuat tentang surga, maka kelompok ini akan
mengatakan bahwa ritual2 inilah yang akan membawa manusia ke surga.
Manusia doktrinal adalah kelompok orang-orang
yang melihat kebenaran suatu agama sebagai kebenaran dalam hal doktrin. Mereka peduli akan adanya suatu
kosmologi yang tepat dan mendetil dalam suatu agama. Sebagai contoh, jika
ajaran agama tersebut memuat tentang surga, maka kelompok ini akan berusaha
sebisa mungkin mendefinisikan surga itu seperti apa berdasarkan ayat-ayat yang
ada, dan ada kecenderungan untuk menganggap bahwa dengan pemahaman doktrinal yang benar, mereka dapat masuk
surga. Biasanya kelompok ini tidak dapat mentoleransi pemahaman doktrin yang berbeda, baik dalam
agamanya sendiri.
Manusia moral adalah
kelompok orang-orang yang melihat ajaran moralitas sebagai kebenaran dari suatu
agama. Mereka mengatakan bahwa yang utama adalah moralitas dari orang yang
mengaku beragama. Mereka menganggap agama adalah ajaran moral, yang bertujuan
membuat manusia menjadi lebih bermoral. Mereka menekankan perdamaian,
toleransi, dan seringkali mengabaikan ajaran-ajaran doktrinal demi menjunjung tegaknya nilai-nilai moral. Sebagai
contoh, jika ajaran agama tersebut memuat tentang surga, maka kelompok ini
cenderung tidak menonjolkan perbedaan-perbedaan konsep tentang surga, yang
penting bagi mereka adalah bagaimana hidup bermoral, karena moralitaslah jalan
menuju surga.
Manusia ajaib adalah
kelompok orang-orang yang terpesona pada hal-hal yang ajaib dan supranatural
yang terdapat dalam ajaran maupun praktek agama tersebut. Mereka peduli pada
keberadaan makluk halus, interaksi antara dunia lain dengan manusia, mujizat.
Mereka menganggap itulah realita yang sesungguhnya. Sebagai contoh, jika ajaran
agama tersebut memuat tentang surga, maka kelompok ini adalah kelompok yang
mengklaim dapat pergi ke surga dan kembali lagi.
Manusia spiritual
adalah kelompok orang-orang yang menganggap bahwa agama adalah suatu usaha
untuk memahami realitas spiritual yang ada. Bagi mereka, kebenaran itu adalah
realitas spiritual tersebut, dan agama adalah satu penunjuk arah untuk mereka
mencapai atau bergabung atau masuk ke dalam realitas spiritual tersebutb.
Sebagai contoh, jika ajaran agama tersebut memuat tentang surga, maka bagi
kelompok ini surga adalah penyatuan diri dengan yang Ilahi, dan hanya dengan
memahami realitas spiritual ini orang dapat masuk surga dalam arti yang mereka
pahami tersebut.
1.6.2 Sistem nilai budaya petani
indonesia antara lain sebagai berikut:
1.
Para petani di Indonesia
terutama di pulau jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai
sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti
bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan
bersembunnyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa, bahkan sebaliknya wajib
menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian
sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
2.
Mereka beranggapan bahwa orang
bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadnag untuk mencapai kedudukannya.
3.
Mereka berorientasi pada masa
ini (sekarang), kurang memperdulikan masa depan, mereka kurang mampu untuk itu.
Bahkan kadang-kadang ia rindu masa lampau mengenang kekayaan masa lampau
menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka).
4.
Mereka menganggap alam tidak
menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu
yang harus wajib diterima kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu
tidak berulang kembali. Mereka cukup saja menyesuaikan diri dengan alam,
kurang adanya usaha untuk menguasainya.
5.
Dan unutk menghadapi alam
mereka cukup dengan hidup bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu
tergantung kepada sesamanya.
1.7.
Teori-teori
pendukung
1.
Teori perkembangan moral ( Deweyd
dan Piaget, Lawrence Kohleberg). (Zubaedi, 2005, hal 16).
Makna
Perkembangan Moral
“Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan kepribadian siswa
selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan
merupakan suatu proses pembentukan social
self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan pribadi dalam keluarga,
bangsa dan budaya. Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan merupakan
perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku
sosial. Seorang siswa hanya akan berperilaku sosial tertentu secara memadahi
apabila menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan untuk
menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan.
Seperti dalam proses perkembangan yang
lannya, proses perkembangan sosial dan moral selalu berkaitan dengan proses
belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial sangat bergantung
pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik dilingkungan
sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa
proses belajar sangat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku
sosial yang selaras dengan norma moral, agama, moral tradisi, moral hukum, dan
norma moral yang berlaku dalam masyarakat”.
2.
Pendekatan Klarifikasi nilai
(Harmin, Krischenbaum dan Simon). (Zubaedi, 2005, hal 23).
“pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran
dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai
mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain. Selain itu, pendekatan ini juga
membantu peseta didik untuk mampu mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka
tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain dan membantu peserta didik
dalam menggunakan kemampuan berfikir rasional dan emosional dalam menilai
perasaan, nilai dan tingkah laku mereka sendiri”.
3. Teori
karakteristik Carl Junk dan Han Eysecnk (EPQ, Eysenck Personality
Questionnaire).
“Carl junk adalah pemikir paling awal yang
memperkenalkan suatu teori karakteristik, dimana bawaan seseorang yang
menentukan berbagai karakteristik yang disebut tempramen. Hans Eysenk adalah
ahli psikologis yang pertama yang memberikan karakteristik sebagai sesuatu yang
lebih matematis. Ia membuat suatu perhitungan analisis faktor untuk menemukan
factor apa dalam karakteristik yang sangat berpengaruh, analisis ini di sebut
EPQ.
Akhirnya
diberikanlah suatu pendapat baru mengenai adanya teori lima factor dalam
karakteristik manusia, yaitu :
1.
Karakteristik
pertama adalah introvenrsi dan ekstraversi. Pengertian yang sama dengan dengan
pendapat yang dikemukakan Carl junk dan Eysenck.
2.
Karakteristik
kedua adalah emosional. Seperti yang dikemukakan Hans Eysenck, nilai tinggi
adalah orang yang memiliki kestabilan emosi yang baik.
3.
Karakteristik
ketiga adalah mudah setuju. Nilai yang tinggi adalah individu yang cenderung
untuk bersahabat dan baik hati.
4.
Karakteristik
kempat adalah memiliki nurani. Nilai yang tinggi adalah individu yang yang
tertib selalu menyelesaikan pekerjaan serta peduli dalam segala hal.
5.
Karakteristik
kelima adalah keterbukaan akan pengalaman dan budaya. Nilai yang tinggi adalah
individu yang dapat memiliki keterbukaan dalam memiliki hasil budaya, music,
kesenian, serta pendapat orang lain”.
4.
Teori perubahan perilaku S-O-R
Stimulus- Organisme- Respons. (http://www.psychologymania.com/2011/09/teori-disonansi-kognitif-cognitive.html
21.15).
“Menurut stimulus
response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus
khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian
antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;
· Pesan (stimulus, S)
· Komunikan (organism, O)
· Efek (Response, R)
Hosland,
et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama
dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada individu yang terdiri dari :
· Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima
atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti
stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini.
Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari
individu dan stimulus tersebut efektif.
· Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
· Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
· Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut
(perubahan perilaku).
Selanjutnya
teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus
(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus
yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus
dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor
reinforcement memegang peranan penting”.
5.
Teori Driving Forces Kurt lewin.
(http://adingpintar.files.wordpress.com
/2012/03/perubahan-perilaku.pdf).
Konsep Utama Teori
Lewin
“Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi
baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan
konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep
konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah
laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu
dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode
untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun
konstruk-konstruk ilmiah”
Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1. Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang
ada pada waktu tingkah laku itu terjadi.
2. Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan
dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan.
3. Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret
dapat digambarkan secara matematis.
Konsep konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam
berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak
anak ,masa adolsen , keterbelakangan mental, masalah masalah kelompok
minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan dinamika kelompok.
Teori Lewin tentang struktur, dinamika dan
perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang
orang dan lingkungannya merupakan bagiab bagian ruang kehidupan (life space)
yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin
sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis”.
6.
Teori
“Dissonance” : Festinger
“Perilaku seseorang pada saat tertentu
karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan
yang diambil (conssonance). Apabila terjadi
stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi
ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya
dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan
akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen
tidak seimbang”.
If you're trying hard to lose pounds then you certainly have to try this brand new custom keto meal plan.
ReplyDeleteTo produce this keto diet, certified nutritionists, personal trainers, and chefs have united to develop keto meal plans that are powerful, decent, money-efficient, and delightful.
Since their launch in early 2019, thousands of individuals have already completely transformed their figure and health with the benefits a professional keto meal plan can offer.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-certified ones offered by the keto meal plan.